Article Detail

KENYATAAN SEKARANG BAHASA JAWA SUDAH BANYAK DITINGGALKAN ORANG JAWA

KENYATAAN SEKARANG BAHASA JAWA SUDAH BANYAK DITINGGALKAN ORANG JAWA

           

            Dalam rangka bulan bahasa yang jatuh dibulan Oktober, saya mencoba menyampaikan keprihatinan saya terhadap anak- anak, remaja, pemuda, dan bahkan orang tua jawa yang sudah tidak lagi fasih menggunakan bahasa jawa.

            Jangankan menggunakannya dengan baik dan benar, mau menggunakannya dalam bahasa keseharian saja bahkan masih bisa dihitung dengan jari. Mereka lebih bangga dan senang menggunakan bahasa Indonesia yang kejakarta-jakartanan, lo, gue, semacam itu mereka menganggap bahwa bahasa tersebut lebih keren dan gaul, tidak seperti bahasa jawa yang udik dan kedaerahan yang mereka anggap “gak gaul”, kata meraka. “Bukankah kita harus menjunjung bahasa persatuan kita bahasa Idonesia”, komentar seorang siswa kelas 9.

            Lalu apakah menjunjung bahasa persatuan itu berarti mengabaikan atau bahkan menghilangkan bahasa daerah yang juga merupakan warisan budaya dari bangsa Indonesia. Jelas itu tindakan yang tidak terpuji dan tidak menghormati keragaman budaya yang ada di Indonesia, yang notabene jenis dan ragamnya luar biasa banyaknya.

            Bahasa jawa merupakan warisan budaya adiluhung bangsa Indonesia sangat disayangkan jika sebagai orang jawa generasi anak cucu kita nanti sampai tidak mengenal, dan tidak bisa menggunakanya.

            “Le, kowe wis adus le?”, dengan pedenya si cucu menjawab,”sampun mbah aku pun siram”. Kedengarannya itu halus tapi ada yang salah dari percakapan yang sederhana tadi. Seharusnya dijawab,” sampun mbah kula sampun adus”. Jawaban dari cucu tersebut masih mendingan karena dia masih mau menjawab dengan menggunakan bahasa jawa dan mencoba menggunakan basa krama. “Udah yo mabah, aku dah mandi kali” nah jawaban seperti inilah yang kadang muncul dari anak- anak jaman sekarang, entah mereka tidak bisa berbahasa jawa atau merekan malu menggunakan bahasa jawa.

            Hal tersebut di atas memang tidak sepenuhnya salah si anak, kadang orang tua juga ikut andil dalam pembentukan bahasa sehari anak-anak, banyak dilihat pasagan-pasangan orang jawa muda yang mendidik anaknya dengan menggunakan bahasa Indonesia yang kejakarta-jakartanan, karena mereka malu atau merasa tidak keren kalau anaknya nanti berbicara dengan orang lain atau teman-teman mereka menggunakan bahasa jawa.

            Oleh karena itu peran sekolahan yang notabene sebagai tumpuan pendidikan anak baik secara karakter dan akademis, dianggap paling efektif, karena dengan kurikulum dan nilai sekolahan paling tidak bisa dengan leluasa memberikan materi atau ajaran-ajaran bahasa dan tatakrama jawa. Paling tidak anak-anak jawa masih mau dan mampu mempelajari dan mengimplementasikannya dalam kehidupan mereka sehari-hari, sehingga bahasa jawa sebagai warisan budaya yang adiluhung tidak akan terlupakan dan bahkan hilang tertelan masa.

 

 

 

                                                            Solo Baru, 28 Oktober 2019

 

FX. Hariyanto Nugroho, S.Sn

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment