Article Detail

Mengajar dengan Hari

“Aku selalu bermimpi

Menjadi guru yang penuh karisma

Menjadi guru yang dirindukan

Menjadi guru yang disegani

Menjadi guru yang ditaati

Menjadi guru yang ….”

 

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya agar memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.” (UU Sisdiknas pasal 1 ayat 1).

 

Ketika pendidikan jelas merupakan suatu usaha sadar, hati menjadi sumber dari kelangsungan dan hasil proses pendidikan. Kita ingat pesan Romo Driyarkara bahwa pendidikan pertama dan utama adalah keluarga. Dari situ kita diingatkan, kasih sayang adalah kuncinya. Pendidikan ibarat sebuah dunia yang lahir dari Rahim kasih sayang. Tantagan yang muncul adalah: “Sudahkah kita memberikan kasih sayang kita sebagai pendidik kepada anak-anak didik kita dalam proses belajar bersama? Sudahkan kita dengan rela dan rendah hati mendampingi peserta didik yang dipercayakan kepada kita?”

 

Pengenalan guru terhadap peserta didik menjadi modal yang sangat membantu proses pendewasaan. Memang mengetahui identitas dan asal-usul peserta didik sangat diperlukan. Tentu saja hal ini akan lebih optimal apabila guru juga mengenal karakter belajar dan potensi yang dimiliki peserta didik. Pengenalan yang diharapkan mutlak membutuhkan keterbukaan yang lahir dari interaksi positif antara guru dan peserta didik.

 

Kedekatan, penerimaan, keakraban, kesabaran, dan sikap positip lain adalah buah dari kasih sayang pendidik terhadap peserta didiknya. Kasih sayang yang tulus yang diungkapkan pendidik membuahkan karisma. Tidak jarang para peserta didik mengidolakan dan begitu hormat dan segan kepadanya. “Siapa menabur, dia menuai. Siapa menanam, dialah yang akan memetik hasilnya.”

 

Penghormatan, kepatuhan, motivasi belajar, kesungguhan mengerjakan tugas adalah tanggapan balik dari peserta didik dalam bentuk sikap positip. Dari tanggapan balik peserta didik, jelas tergambar bahwa belajar sudah bukanlah sebuah kewajiban atau bahkan beban. Karena motivasi yang terbangun dari dalam diri peserta didik belajar menjadi yang menantang dan mengasyikkan. Lebih lanjut lagi, keinginan untuk berprestasi pun meningkat.

 

Untuk membantu mewujudnyatakan ‘impian’ mengajar dan belajar dengan hati, perlu diingat beberapa hal sebagai berikut. Yang pertama, sekolah menjadi lingkungan belajar yang aman dan nyaman. Yang kedua sekolah sebagai rumah kedua. Yang ketiga, ada kesempatan belajar bersama teman sebaya. Belajar akan efektif jika berada dalam keadaan yang menyenangkan (: tidak tertekan). Minat belajar pun dibangkitkan. Pendalaman makna dikuatkan. Keterlibatan peserta didik dalam proses belajar lebih optimal. Pemahaman dan penguasaan materi meningkat. Dengan demikian prestasi belajar pun semakin baik.

 

 

“Aku harus bisa

Menjadi guru yang penuh karisma

Menjadi guru yang dirindukan

Menjadi guru yang disegani

Menjadi guru yang ditaati

Menjadi guru yang ….”

 

 

Albertus Budi Prasetyo

SMP Tarakanita Solo Baru

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment