Article Detail

Menjadi Guru Sekolah Katolik , di Yayasan Pendidikan Tarakanita

Berkarya di dalam dunia pendidikan , teristimewa menjadi guru  pada sekolah katolik merupakan tantangan tersendiri dalam dalam profesionalitas menjadi guru. Apakah menjadi guru sekedar menjadi pekerja yang mengais rejeki semata atau termasuk di dalamnya karya pelayanan di dalam perwujudan iman kita.
Jejak Pendidikan di tanah air tidak bisa dilepaskan dari  kehadiran sekolah katolik. Penggagas utama karya sekolah dalam misi katolik adalah Romo Van Lith. Pada tahun 1905, di Muntilan, Romo Van Lith mendirikan “sekolah pendidikan guru bantu”.Melalui karya sekolah, Romo Van Lith tidak sekadar mencerdaskan kehidupan orang-orang pribumi, namun juga menanamkan benih iman kristiani kepada mereka. Dari karya sekolah itulah kemudian diperoleh tenaga-tenaga pendidik pribumi yang unggul, dan sekaligus juga rasul-rasul pewarta iman yang tangguh. Patut dicatat bahwa para guru lulusan sekolah muntilan itulah yang di kemudian hari menjadi tenaga-tenaga pendidik pertama di sekolah-sekolah misi tanah Jawa. Melalui strategi misi yang ia terapkan, Romo Van Lith berhasil menambah jumlah baptisan menjadi berlipat ganda.
Dalam strategi misi ini, peranan guru menjadi sedemikian penting. Merekalah yang langsung berhadapan dengan siswa dalam kegiatan pengajaran di sekolah dan masuk ke dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Dengan cara itu, para guru di sekolah katolik pun berjasa mengenalkan “wajah katolik yang sesungguhnya” di tengah masyarakat.
“Kehadiran Gereja di dunia persekolahan secara khas nampak melalui sekolah-sekolah katolik” (GE 8, 1). Melalui sekolah katolik, Gereja memiliki ruang yang berdaya-guna untuk membentuk pribadi manusia seutuhnya. Karena itu, selain menyelenggarakan pendidikan, melalui sekolah katolik, Gereja turut pula mengembangkan kepribadian siswa didik dan akhirnya mengarahkan seluruh kebudayaan manusia pada pewartaan keselamatan, sehingga seluruh pengetahuan yang diperoleh oleh siswa tentang dunia, kehidupan, dan manusia disinari oleh terang iman (bdk. GE 8, 1).
Sadar akan peranan penting keberadaan guru di sekolah katolik, maka hukum kanonik pun mencatumkan kriteria pokok bagi guru sekolah katolik, yakni “unggul dalam ajaran yang benar dan hidup baik” (kan. 803 § 2). Guru harus unggul dalam ajaran yang benar, sebab dari gurulah para siswa menerima pengajaran dan didikan yang membekali mereka untuk siap masuk dalam gelanggang besar kehidupan. Sementara itu, guru harus hidup baik, sebab ia diharapkan menjadi saksi dan pewarta iman di tengah-tengah sekolah dan masyarakat.

Guru Sebagai Pendidik
Ujung tombak sekolah adalah para guru. Gedung sekolah yang megah atau juga fasilitas belajar yang lengkap tidak ada artinya jika tanpa kehadiran seorang guru. Merekalah yang secara langsung berhadapan dan berinteraksi dengan para siswa. Karena itu, demi pencapaian pendidikan yang maksimal, Bapa Konsili menyerukan, “Hendaklah mereka sungguh-sungguh disiapkan, supaya membawa bekal ilmu-pengetahuan profan maupun keagamaan yang dikukuhkan oleh ijazah-ijazah semestinya, dan mempunyai kemahiran mendidik sesuai dengan penemuan-penemuan zaman modern” (GE 8, 3).
Di sekolah katolik, teristimewa Tarakanita profesionalitas guru semacam itu tidak bisa ditawar-tawar lagi. Apalagi mengingat bahwa dewasa ini para orangtua lebih cermat memilihkan sekolah bagi anak-anaknya. Sekolah yang mutu pendidikannya di bawah standar dan kualitas gurunya tidak profesional, pasti akan menjadi pilihan paling akhir bagi orangtua manakala hendak menyekolahkan anaknya.

Guru Sebagai Rasul
Rasul adalah pewarta iman. Setiap guru katolik, apalagi mereka yang telah menerima baptisan, diundang untuk ambil bagian dalam pewartaan iman Kristiani – untuk menjadi rasul di sekolah. Menyitir ajaran Konsili Vatikan II, para guru dipanggil untuk “meresapi dan menyempurnakan tata-dunia dengan semangat Injil, sehingga dalam tata-hidup itu kegiatan mereka merupakan kesaksian akan Kristus yang jelas” (AA 2, 3). Dengan demikian, para guru di sekolah katolik diutus memberi kesaksian tentang Kristus, Sang Guru satu-satunya, melalui cara hidup dan tugas mereka mengajar” (bdk. GE 8, 3). Pewartaan iman yang utama dari guru di sekolah katolik memanglah kesaksian hidup. Melalui kesaksian hidup, para guru turut juga memberitahukan kepada anggota sekolah dan khalayak umum tentang ciri khas sekolah katolik.
Jadi, di tengah keseharian dengan siswa didik, guru di sekolah katolik diutus untuk menjadi saksi-saksi Kristus yang utama. Melalui teladan hidup sehari – hari inilah dari para guru dan , para siswa menemukan referensi yang nyata-kelihatan atas semangat Injil yang meresapi dan dihidupi sekolah katolik.

Disarikan dari berbagai sumber

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment