Article Detail

Terkikisnya Semangat Sumpah Pemuda

Terkikisnya Semangat Sumpah Pemuda

Bulan Oktober mengingatkan saya pada peristiwa bersejarah Bangsa Indonesia 88 tahun yang lalu tepatnya pada tanggal 28 Oktober 1928 yang hingga kini kita peringati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Sumpah pemuda merupakan peristiwa penting yang mampu membakar semangat pemuda-pemudi dari seluruh Indonesia mulai dari Sabang hingga Merauke, karena para pemuda pernah bersumpah kepada Indonesia akan bersatu dalam tumpah darah, bangsa, dan bahasa. Dengan satu tekad dan pandangan yang sama para pemuda tersebut mengadakan beberapa pertemuan. Pertemuan tersebut tidak akan terjadi tanpa dilandasi tekad yang kuat dan visi yang sama, yaitu persatuan pemuda Indonesia. Mereka melakukan tiga kali pertemuan dan dihadiri seluruh barisan pemuda Indonesia. Pertemuan itu pun menghasilkan keputusan bahwasanya akan dilaksanakannya kongres pada bulan Oktober dengan susunan panitia yang diambil dari setiap organisasi pemuda yang ada. Setiap organisasi memiliki masing-masing satu jabatan. Selain organisasi PPPI, banyak organisasi pemuda yang ikut terlibat diantaranya yaitu Jong Java, Jong Celebes, Jong Soemantranen Bond serta organisasi lainnya. Kongres sumpah pemuda yang dilaksanakan dua hari berturut-turut yakni tanggal 27 hingga 28 Oktober 1928 merupakan awal perjuangan baru untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Lagu Indonesia Raya ciptaan W.R Supratman pun berkumandang di penutupan kongres tersebut.

Walau waktu terus berlalu dan zaman berganti namun janji tersebut akan selalu menuntut bukti. Bahwa pemuda akan selalu menghaturkan bakti memastikan Sumpah Pemuda tetap relevan hingga kini. Perjuangan mereka adalah inspirasi yang sangat tepat bagi kita generasi yang lahir di era teknologi yang tumbuh dengan cepat bahkan sangat terlalu cepat. Khususnya saat ini kita dimanjakan dengan pesatnya pertumbuhan teknologi khususnya informasi. Setiap pribadi mempunyai akses yang sangat luas bahkan tidak terbatas dan bebas untuk mendapatkan segala bentuk informasi entah itu informasi yang valid ataupun hoax.

Baru-baru ini dunia sepak bola Indonesia dicoreng dengan adanya kerusuhan setelah pertandingan antara PSM Jogja melawan PERSIS Solo yang mana mengakibatkan banyak kerugian, Senin (21/10/2019). Masalah tersebut dipicu dengan kurang nya rasa sportivitas di kedua pihak yang berimbas ke penonton.  Hal ini sangat berbanding terbalik dengan cita-cita sumpah pemuda yang di ikrarkan 88 tahun lalu. Sebagian besar pelaku kerusuhan adalah generasi generasi muda yang harusnya diharapkan membawa Indonesia dalam persatuan. Selain peristiwa kerusuhan tersebut, kekerasan yang dilakukan oleh remaja Indonesia marak terjadi saat ini. Kekerasan yang dilakukan antar kelompok menjadi fenomena sosial yang tidak kunjung usai. Gagalnya sosialisasi yang dilakukan oleh keluarga menjadi penyebab banyak remaja lebih memilih menjadikan lingkungan sosial pertemanan untuk dijadikan sebagai keluarga barunya.

Oleh karena itu pentingnya menanamkan kembali rasa persatuan dan kesatuan di dalam diri para pemuda. Dengan adanya pendidikan tentu penanaman nilai-nilai moral akan tertatanam, pandangan akan terbuka, dan waktu akan lebih banyak dihabiskan untuk mengenyam pendidikan. Pemuda Indonesia akan mampu berpikir secara kritis dan berpendirian secara teguh pada prinsip yang sejatinya benar. Berjuang bukan lagi dengan otot (kekerasan) namun menggunakan nalar dan opini. Masyarakat juga harus berkontribusi dalam menjaga generasi muda saat ini. Keluarga memiliki peranan penting dalam menanamkan nilai-nilai kepada anak sejak dini. Keluarga harus mampu membentuk lingkungan yang nyaman bagi seorang anak, sehingga anak tidak segan untuk membuka dirinya. Komunikasi yang efektif harus terjalin di dalam keluarga guna meminimalisir terjadinya penyimpangan yang dilakukan oleh anak. Pengawasan terhadap anak terutama lingkungan pertemanan dan penggunaan teknologi harus dilakukan secara progresif guna mencegah pontensi kenakalan remaja.


                                                                                           Anastasia Dhian Maulana Sari, SS

Comments
  • there are no comments yet
Leave a comment